Saturday, August 25, 2018

Ready Player One, Tentang Permainan dan Kenyataan - Movie Review

ready player one

#ReviewSukaSuka
#SpoilerAlert

Hari ini (untuk kedua kalinya) saya kembali menonton film ini. Ready Player One, diangkat dari novel berjudul sama. Saya tidak baca novelnya. Filmnya saja saya baru tahu saat sesudah rilis. Jadi ya saya enggak up to date sebenarnya untuk info-info film baru. hehe

Nah sekarang saya mau kasih cerita (review) sedikit mengenai film ini. Cerita bermula dari seorang James Halliday (diperankan oleh Mark Rylance) yang membuat sebuah dunia virtual bernama "OASIS", bersama dengan temannya yang bernama Ogden Morrow (diperankan oleh Simon Pegg). Sebelum meninggal, Halliday meninggalkan sebuah kompetisi untuk mendapatkan 3 kunci. Ketiga kunci tersebut akan menjadi kunci untuk mendapatkan "easter egg". Bagi yang mendapatkan easter egg maka akan menguasai dan dapat mengatur seluruh Oasis dan mendapatkan hadiah berupa saham. Maka persaingan pun dimulai.



Di masa yang penuh dengan krisis membuat orang-orang lebih memilih menghabiskan hari di dunia Oasis. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatka easter egg agar dapat memperbaiki keadaan hidup mereka. hemm singkat cerita memang suasananya dipenuhi ketidakadilan. Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin.

5 tahun berlalu belum ada yang berhasil mendapatkan 1 kunci pun. Sampai akhirnya seorang pemuda bernama Wade Watts berhasil mendapatkan petunjuk untuk melewati kompetisi untuk kunci pertama (kompetisi balapan). "Mengapa kita tidak mundur ke belakang sesekali? Mundur dengan sangat cepat. Secepat yang kau bisa, tancap gas untuk mendapatkan medali". Kira-kira begitu kata Halliday dalam Jurnal Halliday (tempat mencari petunjuk mengenai kompetisi easter egg). Kunci pertama telah didapatkan oleh Wade (dengan avatar bernama Parzival) dan menempai posisi pertama di papan peringkat. Disusul teman-temannya yaitu Samantha Cook (Olivia Cooke, avatar : Art3mis), Helen (Lena Waithe, avatar : Aech), Toshiro (Win Morisaki, avatar : Daito) dan Xo (Philip Zhao, avatar : Sho). Parzival pertama kali bertemu Art3mis di tengah balapan. Art3mis merupakan pengacau The Sixers
.

Dalam alur ceritanya, mereka harus bersaing melawan pemain lain dan juga the sixers yang berada di bawah naungan perusahaannya IOI. The sixers adalah para pemain yang bekerja untuk IOI namun mereka tidak memilki nama avatar unik seperti pemain pada umumnya, nama avatar mereka hanya urutan angka. Tujuan IOI sama dengan para pemain lain yaitu mendapatkan Easter egg. Akan tetapi dalam perjalanannya, IOI memanfaatkan keadaan untuk kepentingan bisnis. Seperti berjualan alat pendukung permainan (yang paling populer adalah X1, sebuah baju yang mampu membuat pemain yang menggunakannya merasakan apa saja yang mengenainya. Pemain akan merasa seperti nyata). 

Di pertengahan film Art3mis berhasil mendapatkan kunci kedua. Semua tak lepas dari kerjasama teman-temannya juga. Persaingan terus berlanjut sampai pada perebutan kunci ketiga yang sangat seru dimana IOI lebih dulu berhasil menemukan lokasi dan tantangan untuk kunci ketiga dan menutup lokasi dengan penghalang tak tertembus dari item artefak sihir level 99. Peperangan tak terhindarkan dimana Parzival mengajak seluruh pemain Oasis untuk melawan IOI.

Mungkin cerita di atas terlalu spoiler ya. hehe.. Yang paling saya sukai dalam film adalah pop culture yang di sini digambarkan sebagai favorit dari sang pencipta game yaitu Halliday. Para pemain harus mengikuti dan memahami pop culture untuk mendapatkan petunjuk mengenai permainannya. Setting cerita dalam cerita adalah 2045 di Ohio. Sedangkan Oasis diluncurkan pertama kali pada 2025. Dan perburuan easter egg dimulai pada 2040. 

Dunia virtual yang sangat menarik jika memang benar ada. Di masa sekarang ini mungkin bisa terwujud karena teknologi VR sudah cukup berkembang. Mungkin 5 atau 10 tahun lagi. Semoga saja.. hehe

Mungkin cukup sekian spoiler dari saya. Bagi yang sudah menonton mungkin ini bisa jadi bahan bacaan agar tertarik untuk menonton lagi. Kalau yang belum menonton, kamu harus nonton. Ada kutipan yang menarik dari Halliday, "Dunia nyata itu nyata". Jadi bisa saya simpulkan meski ada dunia virtual yang sangat indah, jangan lupa kita hidup di dunia nyata. 

Terimakasih sudah membaca.. :)

Sampai jumpa di artikel lainnya... 

Jack of the Red Hearts - Movie Review

Jack of the Red Hearts Bercerita tentang seorang gadis berusia 18 tahun bernama Jacquelyn atau biasa dipanggil dengan nama Jack (d...